Stenlie Journal: Itung itung Gaji

Sebelum melanjutkan posting, terlebih dahulu, dengan bangga kupersembahkan leot baru ini hehehe. Ops! ini leot bukan hasil karyaku loh. tapi hasil comotanku dari salah satu situs penyedia template gratis Thomoeda, buagus-buagus. Karena blum bisa bikin ndiri, dengan senang hati mencomot sana sini. Setelah beberapa menit memilih, pilihanku pun jatuh pada leot ini, imagenya bikin greget. I like it so much!!! dan lagi, aku suka item putihnya.

Oya, thanks buat temen-temen yang udah mampir. Berhubung masih ada kerjaan, blogwalking ditunda dulu ya, ntar kalo dah kelar pasti daku menengok kerumah-rumah kalian.
Terima kasih banyak untuk ucapan Ultah buat hubbyku, ucapan belasungkawa atas meninggalnya sodara sepupuku, juga doa kesembuhan untuk Oom suamiku. Bahagia sekali memiliki kalian sebagai temanku di dunia blogger ini. Semoga Tuhan memberkati kebaikan & ketulusan hati teman-teman. Sekali lagi terima kasih.

Menghitung gaji
Berhubung hari Payroll sudah dekat, dengan berat hati terpaksa ngeblognya aku off bentar.
Kalo sedang berada diujung bulan begini, kerjapun jadi semangat 45, wajah-wajah karyawan jadi keliatan lebih ceria. Siapa yang gak happy? gajian euy! hasil jerih payah sebulan. Hasil tetes keringat, walaupun berada diruang AC, tapi tetep aja namanya hasil keringat sendiri, ya gak?

Ngomongin tentang gaji, saat ini yang ada dibenak para karyawan (termasuk diriku), kira-kira apa ya? BBM naek, gaji naek kah? Kalo gaji gak naek? Biaya hidup meningkat, kebutuhan pokok melambung. hiks! bisa makan bubur tiap hari dunk. Terasa banget kalo beban hidup semakin berat.
Beberapa waktu lalu,aku sempat kepikiran pengen resign, tapi setelah dipikir-pikir lagi, bisa berabe kalo berenti dalam kondisi ekonomi bangsa yang seperti ini. Pengangguran semakin membludak, mo cari kerjaan dimana? walopun beberapa kesempatan yang ditawarkan sempet mengiurkan, tapi kok lokasinya gak tepat ya? 3 in 1 semua, pulang rumah bisa malem lagi deh! gak lah ya...Kesian Nathanku. Mo wiraswasta? masih bingung mo usaha apa, jadinya untuk sementara ini terpaksa bertahan dulu deh. Sukuri apa yang ada aja dulu.

Balik ke masalah gaji lagi. Di kantorku, gajian itu tiap tanggal 25 tiap bulannya, dan kalo tgl 25-nya jatuh dihari libur, berarti gajiannya lebih awal. Dan inilah yang membuatku agak kalang kabut, sales-sales uda telp berkali-kali, minta diitungi komisi & sebagainya.

Suatu hari pernah ada seorang temen yang bertanya tentang bagaimana perasaanku sebagai orang yang tau semua gaji karyawan. Bagiku semua itu biasa saja, apalagi payroll memang bagian dari kerjaanku. Kerahasiaannya tetap akan terjaga. Namun seringkali kerjaan ini meninggalkan tanda tanya besar dibenakku, seorang messenger yang hanya digaji 700.000 per bulan, hidup dirumah kontrakan dengan seorang istri yang tidak bekerja dan seorang anak yang baru sekolah. Bagaimana dia mencukupi kebutuhan keluarganya? Menilik ke kehidupanku, gajiku masih diatas dia, tapi kenapa masih merasa tidak cukup? Ucapan seorang teman cukup menyadarkanku, katanya "standard yang kita pake berbeda". atau "turunkan standard hidupmu" dengan kata lain, "hidup hematlah". Selama ini aku merasa telah cukup berhemat, barang yang kubeli semua dibutuhkan. Tapi apa memang begitu? belanja pun selalu ke supermarket, beli sayur ke supermarket, sampai ke bumbu bumbu dapur pun selalu ke supermarket. Gaya hidup yang seperti inilah yang harus ku ubah. Belanja ke pasar pasti harga sayur mayur akan jauh lebih murah. terbukti mertuaku beli sayuran seharga 5ribu rupiah udah segerobak penuh keknya. tapi Toh! lagi-lagi aku masih sering berkelit, jauhlah, ini itulah.