Thursday, May 26, 2005 |
Pedang Tuhan |
Ada Badai... Kemarin sore aku ampe merinding melihat kilat membelah langit, hujan lebat ditambah angin kencang, ditambah pula guntur yang mengelegar memekakkan telinga, membuat bulu kudukku benar-benar berdiri. Jarum jam baru mau menunjuk ke angka 5, tapi langit udah gelap gulita, aku udah gak bisa konsentrasi melanjutkan kerjaan. Temen kantor masuk ke ruanganku sambil menginformasikan banyaknya pohon-pohon tumbang disepanjangan jalan cengkareng dan beberapa jalan lainnya. Dalam hati aku berdoa, semoga jalan yang akan aku & suamiku lalui gak ada pohon yang rubuh. Kebayang kan kalo sampe ada yang tumbang, bisa macet total, ditambah pula dengan genangan-genangan air disepanjang jalan, bisa tidur dijalan. Jadi inget ketika banjir Februari 2000 lalu, aku sampe 8 jam berada dimobil yang nyaris tidak bergerak, nahan kencing, nahan lapar, nahan haus, sengsara banget. Begitulah Jakarta ketika banjir melanda. Hujan lebat sejam mampu membuat macet total dijalan-jalan.
Ketika suamiku sampai dikantorku, badai belum berlalu, celana panjangnya basah, begitu pula bajunya, berapa titik air masih ada dikepalanya. Kesian! Melihat langit begitu gelap, dan hujan yang tidak menunjukan tanda-tanda untuk reda, akhirnya aku putuskan tuk pulang saja. Saat mo masuk ke mobil, bajuku, sepatu...semua basah, payung hanya bisa membuat rambutku doang yang kering...hiks! Dingin banget, apalagi AC mobil nyala, walah, aku mengigil dah kayak orang demam, padahal perjalanan masih jauh. Nah, disaat seperti inilah aku sering mensugesti diri sendiri, kalo saat itu aku berada didalam kamar tidurku yang nyaman sambil berselimut bed cover yang tebal, memeluk guling yang empuk. Ajaibnya, secara perlahan-lahan dingin sedikit bisa kuredam. hehehe...gak tau karena sugesti itu atau karena memang tubuh mulai beradaptasi dengan dinginnya udara, tapi aku mulai merasa nyaman.
Ketika memasuki tol kebun jeruk belum terlihat tanda-tanda macet, mobil-mobil masih melaju dengan pelan, tapi tetap bergerak. Tapi ketika melewati tol puri, mobil-mobil yang ingin melewati tol tersebut mengambil separuh lebih jalan dan terlihat antrian panjang yang meliuk-liuk, udah mirip parade mobil, dan terpaksa suamiku mengambil jalur kanan. Ternyata ada pohon tumbang persis di depan gerbang tol, para petugas sibuk membersihkan potongan-potongan kayu, sebagian lagi keliatan kesusahan menarik pohon yang cukup besar itu, padahal hujan masih menguyur bumi, tapi mereka masih terus bekerja. Dalam keadaan seperti itu aku sering kali terharu dengan pekerjaan mereka, sungguh mulia. Pekerjaan yang keliatan sepele, tapi berhasil membantu beribu-ribu orang.
Bicara tentang hujan, aku sebenarnya seneng melihat kebun yang basah karena titik air hujan, pohon menjadi hijau segar, bunga menjadi cerah, apalagi setelah hujan reda, matahari bersinar lembut, membuat suasana sekeliling menjadi begitu hangat dan segar. Aku paling ngeri ketika melihat hujan badai seperti kemarin sore, karena sering membuatku takut, dan berpikir, apa mau kiamat ya? Ketika masih kecil, pho-phoku (nenek) pernah bercerita bahwa kilat adalah "pedang Tuhan" yang ketika Dia marah akan dibuatNya tanda dilangit, untuk memperingati umat manusia akan kesalahan-kesalahan yang mengusikNya. Sampai sekarang aku sering mengidik saat melihat kilat yang menyambar-nyambar. Banyak sekali pantangan ketika petir menyambar, pho-phoku pernah mengurainya satu persatu ketika adik-adikku tidak mengindahkan larangan pho pho bermain air ketika hujan, kami disuruh duduk kemudian keluarlah petuah-petuahnya, diantaranya, jangan memegang benda yang terbuat dari besi, jangan duduk didepan pintu, jangan keluar rumah, dan sebagainya. Tapi nasehat pho-pho memang benar, besi adalah penghantar listrik yang baik. Makanya seringkali ketika masak aku suka melepaskan pisau jika terdengar guntur. Ternyata inputan dari kecil mempengaruhiku hingga dewasa. Kira-kira nanti kalo Nathan gede perlu diceritain kisah "Pedang Tuhan" gak ya? hehehe....
Tentang kalimat peringatan Tuhan ini, sempat mengusikku beberapa waktu lalu. Dalam kurun waktu yang cukup lama aku tidak pernah menerima email dari temanku ini, sebut saja namanya Y, nah beberapa waktu lalu, aku menerima email darinya yang isinya agak aneh. demikian kira-kira kutipannya."Sar, Kiamat dah mo datang neh! Ada yang musti aku sampein sama kamu." Aku kaget, setauku yang namanya kiamat, Tuhan mo datang dan sebagainya, itu gak ada satu manusiapun yang tau. Hanya Dia yang maha tau. Email berikutnya, temenku si Y tadi menulis lagi tanda-tanda apa yang dia katakan sebagai tanda tersebut. Ya ampun! Akhirnya tuh email gak aku gubris, aku send balik sambil say "Thanks". Toh semua orang juga tau, kalo Negara kita memang sedang dalam bencana. Tapi manusia yang masih banyak dosa seperti kita ini masa kan tau kapan kiamat. Aneh! Anggap aja itu memang benar tandanya, tapi apa yang bisa kita lakukan selain berserah. Bukan kah Dia yang berkuasa. |
posted by Liana @ 8:28 AM |
|
|