Photobucket
Sunday, June 12, 2005
Cerita Sabtu Minggu
Saat menulis ini, guntur mengelegar dimana-mana, Hubby bersama Angelo-ku tertidur pulas dikamar. Aku bingung mau ngapain, ya sudahlah, kuraih saja notebook ini, kali aja ada yang bisa aku lakukan selain membolak-balik badan di ranjang, yang kemungkinan malah menganggu tidur kedua orang yang aku cintai itu. Akhirnya air pun berjatuhan ke bumi, mendung yang sejak siang bergelanyut ternyata memang membuahkan hujan. "Mendung memang berarti hujan". Padahal, sebelum tidur, suamiku sudah berjanji untuk menepati janjinya mengajak Nathan berenang. Janji yang telah dibuatnya berbulan-bulan lampau yang tak kunjung dipenuhi. Hiks! Ternyata janji tinggal janji, sekali lagi hujan telah menghapus kembali janji itu. Ya sudahlah, biar saja mereka melanjutkan tidur siangnya lebih lama lagi.

Guyuran hujan membuat mataku sedikit mengantuk, ditambah semilir angin yang masuk melalui pintu yang terbuka lebar. Udara menjadi begitu sejuk dan segar. Beberapa hari ini udara memang terasa cukup panas, hingga sering kali membuat kepalaku senat-senut tak karuan. Yang membuatku bertanya-tanya, musim apakah sebenarnya sekarang ini? Bukankah sudah memasuki musim kemarau, tapi sudah beberapa kali dalam seminggu ini, hujan deras selalu menguyur serpong. Yang mana siang harinya, udara akan terasa panas sekali.

Aku menikmati sekali wiken kali ini. Sabtu-nya, kami sekeluarga menghabiskan waktu dirumah sepupuku, anaknya Aurel berumur satu bulan. Ada acara potong rambut, dan doa syukur. Makanan pun berlimpah ruah. Ada ketan kuning, telur rebus, lapis legit, tekwan, mie goreng, baso, ayam rica-rica , pudding juga kue “Cung” yang sebagian orang menyebutnya "Bakcang, atau kue Cang", bahan dasarnya dari ketan, diisi daging, dibungkus daun pandan. Rasanya lezat sekali! Kue ini sebenarnya dibuat setahun sekali, dalam perayaan yang disebut "Ngiat Ciat", yang jatuh pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan cina (kalender nasional jatuh pada tgl 11 juni 2005) kebanyakan masyarakat keturunan Cina masih berpegang kuat pada tradisi yang satu ini. Mungkin karena tradisi ini cukup menyenangkan, karena berpusat pada tamasya dan kue "Cung"nya yang cukup terkenal ini. Pada perayaan ini kebanyakan orang akan lebih memilih tempat-tempat wisata yang dekat dengan air (sui), terutama laut, ataupun danau, karena pada jam 12-nya dipercayakan ada "air ng si sui" yang konon dapat membuat awet muda, murah rejeki & murah jodoh. Sebagai penghormatan kepada sang Dewa, setiap keluarga diwajibkan melemparkan satu buah kue "Cung" kelaut sebagai penghormatan kepada Dewa-dewa yang bersemayam di air. Bayangkan, jika semua masyarakat cina membuat satu kue saja kelaut, apa yang kemudian akan terjadi? Huehehehe
100_1761
Aurel (1 bulan) putri pertama sepupuku (yang gendong itu nenekku), baru saja kepalanya digunduli. hehehe... sori banget gambarnya tampak samping, soale ribet, moto-nya sambil pegang Nathan (gak mau diem seh, lari sana sini, panjat sana sini, capek ngejarnya) jadilah ini satu-satunya foto yang berhasil ku bidik.
100_1767
Inilah kue "Cung/Cang/Bakcang" yang lezat itu.
100_1743
Kalo ini, Nathan yang girang banget, setelah acak-acak laci meja riasku.
100_1747
Foto ini diambil untuk mengalihkan perhatian Nathan setelah mengacak-acak. hihihihi...alesan ya! bilang aja kalo mama mo ikut mejeng.
100_1768
Nyantai diteras rumah. Masih kucel neh! baru bangun tidur.

k. Sepanjang hari, dari pagi sampai sore harinya dia harus bergelut dengan macet. Saat mengantarku pagi-pagi ke rumah sepupuku, suamiku udah mulai ngomel-ngomel. Dari jalanan yang sempit, banyaknya angkot yang berseliweran, ditambah Bus travel gede yang berenti ditengah jalan. Wew! What an awful day! Pikirnya. Akhirnya suamiku harus nyampe ke kantornya jam 8.30an, berarti telat satu jam, menambah panjang daftar keterlambatannya. Ketika sore hari saat mau menjemput aku & Nathan, suamiku kembali dihadapi dengan macet, kali ini disebabkan kebakaran yang lokasinya tidak jauh dari rumah sepupuku. Tinggal beberapa meter dari belokan perumahannya, suamiku dipaksa muter, apalagi kerumunan orang yang menyaksikan lokasi kebakaran seolah tidak bisa ditembus. Jadilah suamiku memutar arah. Duhhh! Waktu mendengar suaranya di telepon, aku membayangkan betapa keselnya suamiku saat itu. Kesian! sedangkan aku sedang asyik menikmati semangkuk tekwan yang lezat, plus segelas air es segar. Sungguh tidak adil untuknya.
Tidak heran jika hari minggu ini suamiku lebih memilih bermalasan ditempat tidur daripada mengambil oleh-oleh yang dititipkan Phak Hanes dirumah mertuaku.
posted by Liana @ 3:18 PM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 
Clock


Tangerang
Get paid to write online

Earn Money from Blogvertise

Advertise On This Blog

William in memoriam

Lilypie Angel and Memorial tickers

Nathan & Kenzie's Ticker

Lilypie - Personal pictureLilypie Kids Birthday tickers Lilypie - Personal pictureLilypie Second Birthday tickers

Anniversary

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Shout box


ShoutMix chat widget

Box Journal
Archives
Friends & favorite link
Powered by

Isnaini Dot Com and Car Pictures

BLOGGER

/